Waktu Indonesia Timur Apa Saja

Waktu Indonesia Timur Apa Saja

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Waktu Indonesia Timur (disingkat WIT) adalah salah satu dari tiga zona waktu yang digunakan di Indonesia, selain Waktu Indonesia Barat (WIB) dan Waktu Indonesia Tengah (WITA).

WIT mencakup seluruh provinsi di Kepulauan Maluku, Papua, dan Papua Barat, serta negara Timor Leste yang secara informal juga menggunakan WIT.

WIT menggunakan waktu standar UTC+09:00, yang berarti sembilan jam lebih cepat dari UTC.

Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 243 Tahun 1963, wilayah Republik Indonesia dibagi menjadi 3 zona waktu dengan 3 waktu tolok, yaitu:[1]

Lalu berdasarkan Keppres No. 41 Tahun 1987, wilayah Provinsi Bali dipindahkan ke zona WITA, sedangkan wilayah Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah dipindahkan ke zona WIB.[2]

Waktu Indonesia Timur mencakup beberapa provinsi, yatu:

Jakarta (ANTARA) - Indonesia adalah negara besar dengan luas mencapai 1,9 juta kilometer persegi. Karena hal ini, Indonesia memiliki tiga zona waktu.

Wilayah Indonesia terletak antara 95 derajat hingga 141 derajat Bujur Timur dan 6 derajat Lintang Utara hingga 11 derajat Lintang Selatan, sehingga panjang garis bujurnya adalah 46 derajat.

Karena matahari bergerak sekitar 15 derajat setiap jam, perbedaan waktu dari ujung barat (Sabang) ke ujung timur (Merauke) mencapai sekitar 3 jam. Garis bujur merupakan faktor penting dalam penentuan pembagian waktu di negara ini.

Untuk menentukan zona waktu Kota Greenwich dipilih sebagai titik referensi untuk garis bujur nol derajat karena sejarahnya yang kaya dalam navigasi dan pengukuran waktu.

Pada tahun 1884, Kongres Meridian Internasional menetapkan Greenwich sebagai garis bujur nol, dengan dukungan dari sebagian besar negara yang hadir.

Greenwich Mean Time (GMT) menjadi acuan waktu global, memudahkan perhitungan perbedaan waktu di seluruh dunia.

Selain itu, karena Indonesia berada di sebelah timur kota Greenwich, matahari terbit lebih awal di Indonesia dibandingkan di Greenwich.

Maka dari itu, wilayah negara Indonesia akan lebih awal jika dibandingan dengan kota Greenwich dengan rincian sebagai berikut:

Dengan adanya tiga zona waktu di Indonesia, kita juga perlu memahami lebih lanjut mengenai Waktu Indonesia Timur (WIT). WIT mencakup wilayah-wilayah di bagian timur Indonesia, di mana perbedaan waktu mencapai dua jam lebih awal dibandingkan dengan Waktu Indonesia Barat (WIB).

Berikut adalah cakupan wilayah zona Waktu Indonesia Timur (WIT)

Provinsi di Kepulauan Maluku yang termasuk dalam WIT

Adapun perbedaan waktu dari masing-masing zona adalah sebagai berikut:

Perbedaan antara WIT dan WIB:

WIT lebih maju dua jam dibandingkan WIB. Jadi, jika di WIT sudah pukul 14:00, maka di WIB baru pukul 12:00

Perbedaan antara WIT dan WITA:

WIT lebih maju satu jam dibandingkan WITA. Jadi, jika di WIT sudah pukul 14.00, maka di WITA baru pukul 12:00

Baca juga: Berapa jam perbedaan WIB, WITA, dan WIT? Ini penjelasannya

Baca juga: Penjelasan soal pembagian zona waktu di Indonesia, WIB, WITA dan WIT

Pewarta: Allisa LuthfiaEditor: Alviansyah Pasaribu Copyright © ANTARA 2024

Lupa Shalat lagi? Aplikasi Athan bisa membantu.

Dapatkan pengingat Waktu Shalat di ponselmu secara gratis.

Kami menghormati Peraturan Perlindungan Data Umum dan Panduan Undang-Undang Privasi Konsumen California.

Lupa Shalat lagi? Aplikasi Athan bisa membantu.

Dapatkan pengingat Waktu Shalat di ponselmu secara gratis.

Kami menghormati Peraturan Perlindungan Data Umum dan Panduan Undang-Undang Privasi Konsumen California.

KOMPAS.com - Indonesia memiliki tiga pembagian waktu, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT).

Pembagian waktu di Indonesia ini diatur melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1987 yang ditetapkan pada tanggal 26 November 1987 oleh Presiden Soeharto.

Baca juga: Daftar Provinsi yang Masuk Zona Waktu Indonesia Tengah

Dilansir dari laman Gramedia, alasan adanya tiga pembagian waktu ini tidak lain adalah karena letak astronomis Indonesia.

Seperti diketahui, wilayah Indonesia terletak di antara 95 derajat sampai 141 derajat Bujur Timur yang berarti panjang garis bujurnya adalah 46 derajat.

Baca juga: Daftar Provinsi yang Masuk Zona Waktu Indonesia Barat

Karena dalam setiap satu jam bumi akan berputar pada porosnya (rotasi) sejauh 15 derajat, maka sesuai panjang garis bujurnya Indonesia akan memiliki tiga zona waktu.

Selain itu, letak astronomis juga digunakan untuk menetapkan selisih waktu secara internasional menggunakan jarak ke timur atau barat dari titik meridian utama (0° bujur) di Greenwich, London, Inggris sebagai acuannya.

Baca juga: Pembagian Waktu di Indonesia serta Daftar Provinsi yang Masuk Zona WIB, WIT, dan WITA

Untuk Indonesia bagian timur, perhitungan waktunya akan didasarkan pada pada bujur 135 derajat yang membuat adanya selisih waktu sekitar 9 jam lebih awal dari kota Greenwich (GMT+9).

Lebih lanjut, perbedaan waktu WIT dengan WIB adalah dua jam lebih cepat dan WIT dengan WITA adalah satu jam lebih cepat.

Merek Mobil Buatan Indonesia

Dengan mengedepankan keunggulan lokal seperti desain yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan kebutuhan masyarakat, mobil-mobil buatan Indonesia semakin mendapatkan perhatian. Berikut adalah beberapa merek mobil buatan Indonesia yang patut dicatat, lengkap dengan sejarah, spesifikasi, dan kisaran harganya.

Merek Esemka muncul sebagai bagian dari program pendidikan kejuruan di Solo pada tahun 2007. Diproduksi oleh PT Solo Manufaktur Kreasi, mobil ini awalnya digarap oleh siswa-siswa SMK dengan tujuan memberikan pengalaman praktis dalam dunia industri. Pada tahun 2019, pabrik Esemka diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, menandai langkah maju bagi merek ini dalam memproduksi mobil nasional.

Esemka telah meluncurkan beberapa model, termasuk Bima 1.2 dan Bima 1.3, yang dirancang untuk kebutuhan transportasi sehari-hari. Mobil-mobil ini menawarkan mesin yang efisien dan desain yang sederhana, menjadikannya pilihan yang ekonomis dan fungsional bagi masyarakat.

Harga mobil Esemka sebagai salah satu merek mobil buatan Indonesia ini berkisar antara Rp 95 juta hingga Rp 150 juta, tergantung pada model dan spesifikasinya.

Baca Juga: Daftar Harga Mobil Brio Matic di 2023, Mulai Rp 165 Jutaan! - Setir Kanan

Proyek Maleo dimulai pada tahun 1996 oleh Prof. BJ Habibie, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Maleo dirancang sebagai merek mobil buatan Indonesia berbentuk sedan yang dapat bersaing dengan mobil-mobil impor di pasar nasional. Namun, sayangnya proyek ini dihentikan di masa pemerintahan Presiden Soeharto, sehingga Maleo tidak pernah diproduksi massal.

Maleo dirancang dengan teknologi canggih dan fitur-fitur modern pada zamannya, namun detail spesifikasinya tidak banyak diketahui publik karena proyek ini terhenti sebelum mencapai tahap produksi penuh. Karena tidak diproduksi massal, Maleo tidak memiliki harga pasar yang jelas.

Timor adalah salah satu merek mobil nasional pertama di Indonesia, diproduksi oleh PT Timor Putra Nasional (TPN) pada tahun 1996 hingga 2000. Timor menjadi simbol kebanggaan nasional dengan peluncuran model S515, yang menjadi sangat populer di kalangan masyarakat pada saat itu.

Timor S515 dilengkapi dengan mesin 1.5 liter dan fitur-fitur dasar yang memadai untuk kebutuhan transportasi harian. Mobil ini dirancang untuk menjadi mobil rakyat dengan harga yang terjangkau.

Pada saat peluncurannya, Timor S515 dijual dengan harga sekitar Rp 35 juta, menjadikannya salah satu sedan merek mobil buatan Indonesia paling terjangkau di tanah air pada masa itu.

AMMDes (Alat Mekanis Multiguna Pedesaan) adalah kendaraan multifungsi yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan di daerah pedesaan Indonesia. Kendaraan ini sepenuhnya dirancang oleh putra-putri bangsa dan telah diekspor ke lebih dari 10.000 unit dalam lima tahun terakhir.

AMMDes mampu mengangkut beban hingga 700 kilogram dan dirancang untuk berbagai keperluan, termasuk pertanian dan transportasi barang di daerah pedesaan. Kendaraan ini menjadi andalan bagi masyarakat pedesaan karena kemampuannya yang tangguh dan fungsionalitasnya yang tinggi.

Sebagai salah satu merek mobil buatan Indonesia, harga AMMDes bervariasi tergantung pada model dan fitur tambahan, namun umumnya berkisar antara Rp70 juta hingga Rp100 juta.

Beta 97 adalah proyek ambisius yang dimulai oleh PT Bakrie Motor pada tahun 1997. Proyek ini berusaha untuk menciptakan mobil nasional yang dapat bersaing dengan merek-merek global. Namun, krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir 1990-an menyebabkan proyek ini harus dihentikan sebelum mencapai tahap produksi massal.

Beta97 telah melalui berbagai tes penting seperti uji bodi, sistem elektronika, dan suspensi, namun sayangnya spesifikasi lengkapnya tidak pernah dipublikasikan karena proyek ini terhenti. Karena proyek ini tidak pernah dilanjutkan, Beta97 tidak memiliki harga pasar yang jelas.

Fin Komodo adalah mobil buggy yang diproduksi oleh PT Fin Komodo Teknologi (PT FKT), sebuah perusahaan otomotif Indonesia yang didirikan oleh Ibnu Susilo pada tahun 2004. Sebelum mendirikan PT FKT, Ibnu Susilo bekerja di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan memiliki pengalaman luas dalam desain dan teknologi pesawat terbang. PT FKT mulai merancang Fin Komodo pada tahun 2005 dan memulai produksi komersial pada tahun 2009 setelah melalui berbagai tahapan uji coba.

Sebagai merek mobil buatan Indonesia dengan dimensi panjang 2.650 mm, lebar 1.750 mm, tinggi 1.460 mm, dengan berat kosong 320 kg, dan jarak tempuh hingga 400 kilometer Fin Komodo dirancang sebagai kendaraan offroad yang ringan namun mampu membawa beban berat. Harga Fin Komodo bervariasi tergantung pada modelnya. Untuk model standar KD 250, harga mulai dari sekitar Rp 116 juta. Sementara itu, model KD 250 X Patroli dijual dengan harga sekitar Rp 140 jutaan.

Mobil Tawon adalah merek mobil buatan Indonesia yang diproduksi oleh PT Super Gasindo Jaya, yang berlokasi di Rangkasbitung, Banten. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010, mobil ini dirancang untuk menjadi solusi transportasi yang efisien dan terjangkau, terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan.

Nama "Tawon" dipilih karena serangga ini dikenal sebagai makhluk yang rajin dan memiliki komunikasi yang baik antar sesamanya, mencerminkan harapan bahwa mobil ini dapat menjadi pilihan yang andal dan efektif bagi masyarakat Indonesia.

Dari segi spesifikasi, Tawon dilengkapi dengan mesin berkapasitas 650 cc yang menggunakan bahan bakar bensin, dan mampu menampung hingga empat penumpang. Mobil ini memiliki dimensi kompak, menjadikannya cocok untuk digunakan di jalan-jalan sempit dan medan pedesaan.

Efisiensi bahan bakarnya diklaim setara dengan mobil Low Cost Green Car (LCGC), yang menambah daya tariknya sebagai kendaraan hemat energi. Untuk harganya, ketika pertama kali diluncurkan, mobil Tawon dijual dengan harga yang sangat kompetitif, berkisar antara Rp 43 juta hingga Rp 65 juta, menjadikannya salah satu alternatif kendaraan yang menarik bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di Indonesia.

Mobil Selo adalah prototipe mobil listrik karya anak bangsa Indonesia yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2013. Mobil ini dikembangkan oleh Ricky Elson, seorang ahli teknologi motor listrik, sebagai bagian dari proyek mobil listrik nasional yang didukung pemerintah.

Selo dirancang dengan teknologi motor listrik sepenuhnya buatan lokal dan mampu mencapai kecepatan maksimal hingga 220 km/jam dengan daya tempuh sekitar 250 km dalam sekali pengisian. Meski menjanjikan sebagai solusi ramah lingkungan, pengembangan Selo menghadapi tantangan regulasi dan infrastruktur, yang menghambat komersialisasinya.

Meskipun begitu, Mobil Selo tetap menjadi bukti kemampuan Indonesia dalam mengembangkan teknologi otomotif modern dan berkelanjutan.

Tucuxi adalah mobil listrik buatan Indonesia yang dikembangkan oleh Danet Suryatama, seorang insinyur otomotif. Mobil ini diperkenalkan pada tahun 2012 sebagai salah satu inovasi kendaraan ramah lingkungan di Indonesia.

Tucuxi memiliki desain sporty dan dilengkapi dengan teknologi motor listrik yang memungkinkan mobil ini mencapai kecepatan maksimal hingga 200 km/jam, dengan jarak tempuh sekitar 300 km per pengisian baterai penuh.

Meski potensial, proyek Tucuxi menghadapi berbagai tantangan, termasuk masalah teknis dan regulasi, yang akhirnya menghentikan pengembangan lebih lanjut.

Sumber: Universitas Tidar

Merek mobil buatan Indonesia selanjutnya adalah Si Elang. Mobil ini merupakan mobil listrik rancangan kelompok mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Tidar (UNTIDAR), Kota Magelang, Jawa Tengah. Mobil berkapasitas 350 watt ini memiliki kecepatan maksimal 40 km/jam. Mobil ini masih dalam tahap prototype dan akan terus dikembangkan.

Mahesa merupakan merek mobil buatan Indonesia yang dirancang untuk kegiatan pertanian. Mobil rancangan Sukiyat asal Klaten ini hadir dengan tiga varian body, yakni pick up, double cabin, dan pertanian.

Mahesa menggunakan mesin diesel 1 piston berkapasitas 650 cc. Mobil ini dijual mulai dari harga Rp50 juta.

Merek mobil buatan Indonesia selanjutnya adalah GEA. Mobil ini merupakan produk buatan BUMN PT INKA. GEA sendiri merupakan singkatan dari Gulirkan Energi Alternatif. Sumber energi dari Gea adalah mesin Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) yang menjadi buatan BPPT.

Mesin ini memiliki bahan bakar berupa bensin dengan kapasitas 640 cc dengan 2 silinder. GEA termasuk dalam mobil berjenis city car yang dijual dengan harga sekitar Rp45-50 juta. Sayangnya, mobil ini sudah tidak terdengar lagi gaungnya.

Baca Juga: Tips Kredit Mobil Brio Mudah, dan Cepat! Pasti approved

Kancil adalah salah satu mobil nasional yang diproduksi oleh PT Karunia Abadi Niaga Citra Indonesia Lestari di tahun 1999. Nama Kancil sendiri merupakan singkatan dari Kendaraan Niaga Cilik Irit Lincah.

Mobil ini memiliki ukuran kecil dan hanya dapat mengangkut empat penumpang dan dapat diandalkan sebagai kendaraan dalam kota. Mobil ini memiliki kapasitas 404 cc dengan torsi sebesar 28 Nm di 2.500 rpm. Mobil ini dibanderol dengan harga Rp 17 juta.

Merek-merek mobil buatan Indonesia, meskipun beberapa di antaranya tidak berhasil mencapai produksi massal, tetap menjadi bukti potensi besar yang dimiliki oleh industri otomotif dalam negeri.

Dari Esemka yang kini menjadi simbol kebangkitan industri otomotif nasional, hingga proyek-proyek seperti Maleo dan Beta97 yang terhenti di tengah jalan, semuanya menunjukkan bahwa kreativitas dan kemampuan teknologi anak bangsa tidak bisa dipandang sebelah mata.

Potensi ini, jika terus dikembangkan dan didukung, dapat membawa Indonesia menjadi salah satu pemain penting di kancah industri otomotif global.

Itulah informasi seputar merek mobil buatan Indonesia yang perlu kamu ketahui. Sebagai bangsa Indonesia, kita patut bangga meskipun kebanyakan mobil buatan Indonesia belum bisa berkembang sepenuhnya.

Tertarik membeli salah satu merek mobil buatan Indonesia? Sepertinya kamu harus bersabar. Sambil menunggu gebrakan dari merek mobil buatan Indonesia, kamu bisa mencari opsi mobil lain.

Kamu bisa mendapatkan opsi bekas di Setir Kanan. Setir Kanan merupakan platform jual beli mobil bekas harga cerdas yang menawarkan banyak pilihan mobil bekas sesuai kebutuhan kamu.

Soal biaya, kamu bisa menyesuaikan dengan budget yang ada karena kredit mobil bekas di Setir Kanan sangat terjangkau. Dapatkan penawaran menarik berupa DP 0% atau cukup bayar 2x angsuran pertama, kamu sudah bisa membawa pulang mobil impianmu, serta cicilannya ringan mulai dari Rp70 ribuan/hari saja!

Kunjungi Setir Kanan untuk tahu informasi mengenai berbagai mobil bekas tahun muda dengan angka kilometer rendah.

Daftar Provinsi di Zona WIT

Sumber:peraturan.bpk.go.id  gramedia.com

Indonesia memiliki sejarah panjang dan penuh warna dalam industri otomotif, dengan berbagai upaya untuk menciptakan merek mobil buatan dalam negeri. Ada beberapa merek mobil buatan Indonesia yang cukup mencuri perhatian.

Upaya ini tidak hanya menjadi bukti kemampuan teknologi bangsa, tetapi juga menunjukkan semangat nasionalisme dan kemandirian dalam menghadapi tantangan global.

Selama ini, pasar kendaraan Tanah Air selalu didominasi oleh merek-merek keluaran luar negeri, yang menawarkan teknologi canggih dan jaringan distribusi yang luas. Merek-merek mobil buatan Indonesia mulai muncul sebagai alternatif yang menarik.